PERAN APOTEKER DALAM PENANGANAN PANDEMI FLU BURUNG / FLU BABI

Penyakit flu burung dan flu babi termasuk penyakit yang sangat potensial membawa dampak penyebaran yang cepat dan mengancam jiwa masyarakat Indonesia, kemampuan penyebarannya bisa sangat cepat, kemungkinan penularan antar manusia sangat dikhawatirkan dan oleh karena itu membutuhkan penanganan yang tepat dan segera. Peran serta Apoteker ini didasari dengan pengetahuan yang dimiliki Apoteker tentang patofisiologi penyakit; obat-obatan yang diperlukan atau harus dihindari oleh pasien penyakit flu burung dan flu babi. Hal-hal yang harus dipersiapkan dan dihindari oleh tenaga kesehatan termasuk apoteker dalam melaksanakan tugasnya.

Peran aktif Apoteker di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Memastikan bahwa prosedur pengendalian infeksi berada di tempat di dalam sistem pelayanan kesehatan dan digunakan oleh semua yang terlibat dalam mengelola penyakit hewan maupun manusia serta kasus dugaan.

2.  Melakukan upaya pencegahan penyakit flu burung dan flu babi

Upaya ini diwujudkan melalui:

  • Pemberian penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit flu burung dan flu babi meliputi gejala awal, sumber penyakit, cara pencegahan, penanggulangan penyebaran, dan pertolongan pertama yang harus dilakukan.
  • Pembuatan buletin, leaflet, poster, dan iklan layanan masyarakat seputar penyakit flu burung dan flu babi dalam rangka edukasi masyarakat.
  • Berpartisipasi dalam upaya pengendalian penyebaran infeksi virus di rumah sakit melalui Komite Pengendali Infeksi dengan memberikan saran tentang pemilihan antiseptik dan desinfektan; menyusun prosedur, kebijakan untuk mencegah terkontaminasinya produk obat yang diracik di instalasi farmasi atau apotek; menyusun rekomendasi tentang penggantian, pemilihan alat-alat kesehatan, pemilihan alat pelindung diri, injeksi, infus, alat kesehatan yang digunakan untuk tujuan baik invasive maupun non-invasif, serta alat kesehatan balut yang digunakan di ruang perawatan, ruang tindakan, maupun di unit perawatan intensif (ICU).

3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien untuk mempercepat proses penyembuhan, mencegah bertambah parah, atau mencegah kambuhnya penyakit serta mencegah penularan. Hal ini dilakukan dengan cara:

  • Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya dan pengendalian diri dan lingkungan dalam upaya mencegah penularan.
  • Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan waktu penggunaannya.
  • Melakukan konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya dan memonitor kemungkinan terjadinya efek samping obat.

Kompetensi yang diperlukan seorang Apoteker untuk dapat memberikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien penyakit flu burung dan flu babi di antaranya adalah:

  • Pemahaman prosedur pengendalian infeksi flu burung dan flu
  • Pemahaman stratifikasi risiko keterpaparan kelompok individu terhadap infeksi flu burung dan flu babi
  • Pemahaman patofisiologi penyakit flu burung dan flu babi
  • Penguasaan farmakoterapi penyakit flu burung dan flu
  • Penguasaan farmakologi obat-obat yang digunakan pada pengobatan penyakit flu burung dan flu babi
  • Memiliki kemampuan komunikasi yang baik dalam pemberian konseling kepada pasien ataupun ketika berdiskusi dengan tenaga kesehatan lain.
  • Memiliki keterampilan dalam mencari sumber literatur untuk Pelayanan Informasi Obat penyakit flu burung dan flu babi
  • Monitoring terapi pengobatan yang telah dilakukan dan kemungkinan terjadinya efek samping obat maupun resistensi.
  • Memiliki kemampuan menginterprestasikan hasil laboratorium.

Tujuan pemberian konseling kepada pasien adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan pasien dalam menjalani pengobatannya serta untuk memantau perkembangan terapi yang dijalani pasien. Ada tiga pertanyaan utama umum (Three Prime Questions) yang dapat digunakan oleh Apoteker dalam membuka sesi konseling untuk pertama kalinya. Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Apa yang telah dokter katakan tentang obat anda?
  2. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?
  3. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?

Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi pemberian informasi yang tumpang tindih (menghemat waktu); mencegah pemberian informasi yang bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan oleh dokter (misalnya menyebutkan indikasi lain dari obat yang diberikan) sehingga pasien tidak akan meragukan kompetensi dokter atau apoteker; dan juga untuk menggali informasi seluas-luasnya (dengan tipe open ended question).

Tiga pertanyaan utama tersebut dapat dikembangkan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan situasi dan kondisi pasien:

1. Apa yang dikatakan dokter tentang peruntukan/kegunaan pengobatan anda?

Persoalan apa yang harus dibantu?

Apa yang harus dilakukan?

Persoalan apa yang menyebabkan anda ke dokter?

2. Bagaimana yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat anda?

Berapa kali menurut dokter anda harus menggunakan obat tersebut?

Berapa banyak anda harus menggunakannya?

Berapa lama anda terus menggunakannya?

Apa yang dikatakan dokter bila anda lupa minum obat?

Bagaimana anda harus menyimpan obatnya?

Apa artinya ‘tiga kali sehari’ bagi anda?

3. Apa yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan anda?

Pengaruh apa yang anda harapkan tampak?

Bagaimana anda tahu bahwa obatnya bekerja?

Pengaruh buruk apa yang dikatakan dokter kepada anda untuk diwaspadai?

Perhatian apa yang harus anda berikan selama dalam pengobatan ini?

Apa yang dikatakan dokter apabila anda merasa makin parah/buruk?

Bagaimana anda bisa tahu bila obatnya tidak bekerja?

Pada akhir konseling perlu dilakukan verifikasi akhir (tunjukkan dan katakan) untuk lebih memastikan bahwa hal-hal yang dikonselingkan dipahami oleh pasien terutama dalam hal penggunaan obatnya dapat dilakukan dengan menyampaikan pernyataan sebagai berikut:

“ Sekedar untuk meyakinkan saya supaya tidak ada yang kelupaan, silakan diulangi bagaimana Anda menggunakan obat Anda”.

Salah satu ciri khas konseling adalah lebih dari satu kali pertemuan. Pertemuan-pertemuan selanjutnya dalam konseling dapat dimanfaatkan Apoteker dalam memonitoring kondisi pasien. Pemantauan terhadap kondisi pasien dapat dilakukan Apoteker pada saat pertemuan konsultasi rutin atau pada saat pasien menebus obat, atau dengan melakukan komunikasi melalui telepon atau internet. Pemantauan kondisi pasien sangat diperlukan untuk menyesuaikan jenis dan dosis terapi obat yang digunakan. Apoteker harus mendorong pasien untuk melaporkan keluhan ataupun gangguan kesehatan yang dirasakannya sesegera mungkin.

Penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit flu burung dan flu babi perlu dilaksanakan secara berkelanjutan mengingat sebagian besar penyebab penyakit flu burung dan flu babi adalah karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam melindungi diri mereka terhadap penyakit-penyakit virus tersebut. Penyuluhan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok; sedangkan penyuluhan tidak langsung dapat dilakukan melalui penyampaian pesan-pesan penting dalam bentuk brosur, leaflet atau tulisan dan gambar di dalam media cetak atau elektronik.

Apoteker diharapkan dapat memberikan penyuluhan secara personal dengan pasien penyakit flu burung dan flu babi. Penyuluhan secara personal dapat meningkatkan upaya pencegahan penularan maupun ketertularan serta kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatannya manakala terserang. Hendaknya Apoteker memastikan bahwa pasien tahu tentang penyakit yang dideritanya, pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan yang disarankan serta akibat dari ketidakpatuhan atau kelalaian dalam menjalankan terapi pengobatannya. Keluarga pasien harus diberi pengertian bahwa penyakit flu burung dan flu babi dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut seperti kematian apabila tidak ditangani dengan baik. Keluarga harus segera melapor bila ada dugaan ketertularan atau gejala influenza karena flu burung dan flu babi.

Terima kasih buat Isnenia, Dyah Fani dan M. Sridhotulloh yang telah membantu dalam penyusunan materi ini pada tugas Perilaku penggunaan sediaan Farmasi yang diampu oleh Bp. Riswoko