BRIDGING SYSTEM ASKES

Bridging system yang diatur dalam Surat Keputusan Direksi nomor 340/Kep/0808 merupakan suatu kerjasama antara PT Askes (Persero) dengan provider (Pemberi Pelayanan Kesehatan, instansi terkait dan perusahaan lain) yang ada didalam jaringan bisnis PT Askes (Persero). Bridging system ini mengintegrasikan antara SIM PT Askes (Persero) dengan SIM provider,yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja, mempercepat proses klaim, mengendalikan pelayanan serta menyediakan informasi administrasi yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan.

Pengembangan aplikasi Bridging System dilakukan secara in-house. Pemilihan jenis teknologi Java, karena kemampuannya berinteraksi dengan platform lain atau bersifat multi-platform. Teknologi Java ini mampu mendukung pengembangan sistem secara lebih terstruktur dengan biaya pengembangan jauh lebih murah, karena tidak terikat dengan lisensi produk software. Aplikasi Bridging System terdiri dari dua bagian utama. Pertama, Sistem Antrean Terpadu, yakni sistem informasi terintegrasi yang diarahkan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sistem antrean bagi peserta Askes (otomasi alur proses dan penyajian informasi strategis yang dibutuhkan peserta saat berobat). Kedua, Sistem Penagihan Klaim Terpadu, yakni sistem informasi yang terintegrasi dengan konsep end-to-end dalam proses adminitrasi pelayanan kesehatan bagi peserta Askes. Aplikasi Bridging System terdiri dari beberapa modul:1) modul pendaftaran peserta/pasien, berfungsi validasi data peserta Askes secara online ke database terpusat (selanjutnya, identitas peserta dikirim ke SIM RS dengan teknologi Web services untuk dipergunakan dalam proses pencatatan pelayanan kesehatan dan klaim secara individual),2) modul administrasi pelayanan kesehatan di poliklinik dan fasilitas penunjang medis pada SIM RS, untuk mengirimkan data individual secara online ke SIM Askes untuk setiap detail data pelayanan yang dicatat.3) modul verifikasi klaim  menyediakan fasilitas verifikasi secara online berdasarkan data yang dikirim dari SIM RS.4) modul penagihan klaim (pengiriman data tagihan secara batch dari RS ke pusat data PT Askes) berdasarkan data hasil verifikasi yang telah disetujui RS dan PT Askes.5) modul Decision Support System dan sistem antrean berfungsi memfasilitasi proses monitoring pelayanan kesehatan di RS secara online yang mampu menyediakan informasi terkait dinamika kunjungan dan traffic tujuan perawatan. Dan,6) modul administrasi pembayaran klaim di kantor cabang PT Askes, untuk memfasilitasi administrasi pencatatan keuangan dan pembayaran klaim ke rekening RS.

Tahapan implementasi dimulai dengan integrasi data Surat Jaminan Pelayanan, integrasi pelayanan kesehatan ,serta implementasi. Monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan pekerjaan dilaksanakan secara bersama-sama antara seluruh stakeholder yang terlibat dan dilaksanakan secara periodik.

Kartu Askes akan diidentifikasi (dientri) secara online. Itu  terjadi dalam satu interface yang dipakai bersama. Data yang dientri langsung dikirim ke SIM RS untuk keperluan RS. Lalu, RS mengirimkan rekam medis peserta ke PT Askes. Jadi Web service-nya berjalan dalam pola request-response, tanpa saling mengganggu. Pihak PT Askes memberikan nomor kartu ke RS, lalu sistem memberikan informasi rekam medis, sehingga database pasien ter-update. Setelah itu, peserta akan masuk ke poliklinik–yang merupakan ranahnya SIM RS. Saat pasien di poliklinik, datanya sudah bisa langsung diakses di poliklinik, karena data itu sudah masuk ke database RS . Ketika peserta di poliklinik mendapat pelayanan dari dokter, aplikasi RS mengirimkan kembali data itu melalui sistem Web services ke SIM PT Askes. Ketika dientri, data di poliklinik akan langsung dikirim ke PT Askes dan disimpan di sistem database-nya. Dengan begitu, ketika terjadi pelayanan di poliklinik, Askes bisa langsung melakukan proses verifikasi klaim.

Dengan bridging system, diharapkan sistem informasi PT Askes (Persero) mampu berkomunikasi dengan sistem yang ada di rumah sakit. Sehingga apabila volume claim processing semakin besar masih dapat ditangani dengan efektif dan efisien. Tetapi resiko tetap terjaga, serta dapat membayar dengan tepat waktu dan tepat angka. Dengan begitu rumah sakit akan puas, yang sudah pasti akan berimbas kepada pelayanan terbaik yang diberikan kepada peserta.

DAFTAR PUSTAKA

Mohammad, A,2010, Antrean dan klaim lancar, pasien pin senang,  zepbees.wordpress.com, search 11 Juni 2010.

Anonim, 2009, Info Askes, Buletin Bulanan PT ASKES (Persero), Edisi Juni 2009. http://www.ptaskes.com/detail/2/158/uploads/bulletin/06_Juni%202009.pdf

Praktik e-hospital untuk Meningkatkan Kepatuhan Dokter Terhadap Formularium Rumah Sakit dan Membantu Praktek Farmasi Klinik

Patient safety didefinisikan sebagai bebas dari cedera aksidental atau menghindari cedera pasien akibat tindakan pelayanan. (Zorab, 2002) Farmasi  klinik didefinisikan sebagai segala aktifitas yang dilakukan seorang farmasis  untuk mencapai terapi obat yang rasional (rational drug therapy) yang aman, tepat dan cost effective. Kunci utamanya adalah pemantauan terapi obat yang bertujuan mengoptimalkan terapi dan meminimalkan efek obat yang tidak diinginkan (adverse effect). Dengan paradigma Pharmaceutical care, farmasis juga mendapat tugas tambahan untuk memastiakn bahwa terapi yang diberikan sesuai yang diinginkan penderita. Pharmaceutical care menurut Hepler dan Strand (1990) adalah tanggung jawab pemberian terapi obat yang bertujuan untuk mencapai outcome yang dapat meningkatkan kualitas hidup penderita (Seto,dkk,2004)

Patient safety melibatkan system operational dan proses pelayanan yang meminimalkan kemungkinan adverse event / error dan memaksimalkan langkah-langkah penanganan bila eror terjadi. Upaya untuk meningkatkan patient safety adalah dengan pengembangan system untuk identifikasi dan pelaporan resiko dan penggunaan teknologi informasi serta upaya perbahan kultur organisasi.

Lebih dari 50% dokter di Kanada telah menggunakan aplikasi medis PDA. Aplikasi tersebut sangat mendukung system informasi klinik yang dapat berisi informasi referensi obat, referensi klinis, interaksi obat dan protap rumah sakit. Aplikasi tersebut sangat memudahkan mobilitas tenaga kesehatan karena ada yang berbentuk e-book / e-text (pdf, pdb, doc, html) Aplikasi perangkat lunak PDA: khusus ( kalkulator medis, basis data, info jurnal), dan umum (pembaca e-book, penampil gambar, perambah/ browser). PDA di bidang medis berguna dalam hal pemetaan, GPS (Global Positioning System), e- Prescribing dan mengurangi medication eror.(Iswara, 2007)

Beberapa rumah sakit di Indonesia telah mempergunakan aplikasi e-hospitaly secara menyeluruh, sebagai contoh adalah Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI). RSPI telah mengimplementasikan Vesalius-software yang diproduksi pengembang asal Malaysia, Nova MSC. Adapun untuk aplikasi keuangan menggunakan Oracle finance. Aplikasi vesalius, mempunyai dua modul utama yaitu Hospital Information System (HIS) dan Clinical Information System (CIS) HIS mencakup modul-modul administrasi pasien dan dokter, farmasi, system biling dan kasir purchasing, inventory, medical record tacking, system informasi laboratorium dan radiology serta meal order. Sementara CIS merupakan modul yang mengcover seluruh proses klinis baik inpatient maupun outpatient. Lebih lengkapnya, CIS mencakup modul-modul: Outpatient clinical Management (terdiri dari order management, electronic medical record/EMR, prescription dan Medical alerts) serta Inpatient clinical management. Semua modul tersebut akan bertumpu dan harus terintegrasi dengan EMR. Di luar aplikasi itu RSPI juga mengimplementasikan TB Views yang digunakan untuk melihat dan menganalisa performa rumah sakit dari sisi manajerial dan financial.(BS, Mohammad,2007)

Sedangkan RSIB (RS Internasional Bintaro) menerapkan tiga aplikasi utama yang saling terkait. Pertama, Medtrak, merupakan aplikasi yang diproduksi TrackHealth Pty. Ltd., Australia, dengan modul-modul:outpatient management, inpatiet management, Clinical management, pharmacy management, Stock management, Diet Management, Operating Theatre, Resource Management, Administration Discharge & Transfer, order management dan billing system. Aplikasi kedua adalah Labtrak, aplikasi ini menyediakan fungsi (modul) Laboratory Information System. Aplikasi ketiga Prodogious buatan MTech Private Ltd, India, yang menyediakan funsi (modul) : financial & Acounting System, Purchase order, Good Receiving, Fixed Asset Management dan Doctors Fee. Di luar ketiga aplikasi utama, RSIB juga memiliki aplikasi yang digunakan untuk keperluan internal management antara  lain : Attedance system, Payroll System (ABS), Telephone Management System (terintegrasi dengan Medtrak) Work Order System (Maintenance & TI dan system Dokumentasi ISO) (BS, Mohammad,2007)

RSIB belum mengimplementasikan rekam medis elektronik dan resep elektronik karena masalah hukum dan Change Management. Seperti diketahui Dokument MR dan resep yang diakui secara legal di Indonesia adalah dokumen hardcopy yang berisis tulisan tangan dokter. Selain itu, Medtrak sebenarnya juga memiliki fasilitas Computerized Physician Order entry sebagai pengganti resep dokter. .(BS, Mohammad,2007)

Penerapan e-hospitaly memang bias memberikan manfaat dalam hal peningkatan kinerja karyawan, efisiensi, efektifitas, keselamatan pasien dan peningkatan layanan masyarakat. Lebih lanjut e-hospitaly bisa dikembangkan untuk menambah kepatuhan dokter terhadap formularium rumah sakit, dengan Medtrack, computer akan memberikan warning jika dokter mengetikan obat yang tidak terdapat dalam formularium. Tentu saja hal ini harus diikuti dengan formularium elektronik (BS, Mohammad,2007)

Yang sangat penting adalah tantangan dalam Aplikasi medis PDA dalam hal memilih perangkat PDA yang tepat, dibutuhkan spesialisasi fungsi dan terintegrasi dengan system informasi rumah sakit (Iswara, 2007).Bates dan Gawande mengidentifikasi 3 faktor penghambat utama dalam penerapan teknologi informasi pada praktek farmasi klinik, yaitu hambatan financial, belum adanya standard an hambatan cultural dimana TI belum dipandang penting para tenaga kesehatan. Resep sukses suatu teknologi informasi untuk dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan adalah dukungan cultural dan kesiapan semua pihak dalam organisasi pelayanan kesehatan(Bates & Gawande, 2003)

Pelayanan klinik akan selalu menempatkan pasien-pasien dalam resiko akibat tindakan medis. E-hospitaly berperan untuk meningkatkan kewaspadaan, pengelolaan kompleksitas masalah farmasi klinis dan meningkatkan kepatuhan dalam program pengobatan termasuk formularium rumah sakit.